Petisi Jatuh Hati

Sore ini cerah. Angin juga sedang baik hati, memberi kesempatan pada dedaunan untuk menari.
Janji-janji yang biasanya membanjiri hari juga entah bagaimana pergi.
Semesta seperti sedang berkonspirasi, agar kita bisa bertemu sore ini.

Rooftop ini selalu jadi tempat favoritku. Disini ada meja kursi peninggalan kakekku, pot-pot kaktus yang sesekali aku tengok, jemuran berkibar yang jadi scene kesukaanku selain suara bising tetangga pulang kerja dan anak-anak yang mengejar layangan putus, juga mesin tik tua yang di payungi atap seng. Kadang kuungsikan ke dalam jika hujan turun.  

Sore ini.

"Sudah semenjak tiga bulan yang lalu sebenarnya," kataku sembari mengaduk kopi. "Aku selalu menyempatkan datang saat kamu latihan untuk pentas itu. Terutama saat-saat aku butuh distraksi yang menyemangati. Melihatmu bekerja keras, bikin aku iri. Aku tidak coba curi perhatianmu saat itu, buat apa, toh aku tidak ingin kamu bersamaku. Tapi sudah seminggu ini kamu tidak mau pergi dari kepalaku dan aku pun tidak ingin kamu pergi dari situ. Aku coba curi perhatian kemarin-kemarin, tapi kamu seperti tidak ngeh. Kamu tahu, sebelum menekan tombol sent, aku butuh lima menit untuk memutuskan mengirimimu pesan teks atau tidak. Kamu bukan tipe orang yang bisa langsung membuat seorang gadis merasa nyaman. Itu artinya kamu bukan bajingan. Kamu jarang membuat status di facebook. Kamu sulit ditebak dan aku suka itu. Kamu tipe orang yang hati-hati, pada orang lain dan hidupmu. Kamu punya senyum lebar paling mempesona yang pernah aku lihat. Kamu jarang mengajakku berbicara, berhasil membuatku patah arang sebelum pergi perang. Kalau sedang ada kamu di sekitarku, aku biasa saja. Jatuh cinta itu biasa saja. Aku hanya penasaran, have I ever crossed your mind? Di malam-malam sebelum kamu tidur atau di saat kamu sedang tidak bersama teman-temanmu? or have you ever think, even we are don't know each other so well and really different from head to toe, there is  a chance that we will work it out?," aku habis nafas. Lelah juga bicara panjang lebar. 

"Aku tidak terbiasa pada kisah romansa yang butuh prolog seperti kita ini. Sudah delapan bulan lebih aku bangga menyandang status bachelorette dan belum yakin akan melepasnya atau tidak. Ritme hidupku akhir-akhir ini seperti dubstep. Membawamu masuk bukan pilihan bijak. Jadi, sebelum aku bisa mengatur energi dan waktuku, kamu jangan kemana-mana ya. Jangan mendekat ke siapa-siapa. Diam disitu saja menunggu aku datang. Promise?"   

Sore ini cerah. Mesin tik tua harusnya dimuseumkan saja.

No comments:

Post a Comment