2013

Sudah 2014 sih, tapi belum basi kan ya kalau cerita perihal 2013.

Banyak cerita di tahun 2013 lalu. Cerita yang sama, dengan bumbu yang berbeda. Kesalahan yang sama, tapi makna yang lebih luar biasa. Target yang sama, dengan pencapaian yang tidak ala kadarnya. 

Tahun ini, alhamdulillah rejeki lancar jaya. Sudah bisa berhenti kerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri, diganti dengan kerja untuk memenuhi hasrat berkreasi. 
Sudah bisa coba ini itu mencari hobi dan kesukaan. Tahun-tahun sebelumnya terkendala balancing account.
Sudah punya SIM dan ATM sendiri (iya, tahun 2013 aku baru punya SIM dan ATM).

Dua pencapaian tahun 2013 lalu,

ETNIKA FEST
Jadi ini ceritanya proyek balas dendam. Haha. Akhir 2012 breakup, tapi malah jadi motivasi buat berkarya. Mantan aku yang satu itu emang sombong banget sih orangnya, jadi sini merasa terhina dan ingin membuktikan diri (pssst, jangan bilang-bilang ke dia ya. Nanti ge-er) :D
Oke, skip sesi curhatnya. Lanjut.

Ini proyek mega level kampus sih sebenarnya. Dua tahunan dengan konsep statis kultur dan seni. Aku megang divisi acara.Tahun 2013, tema generalnya 'Tari'. Excited enough sih, aku demen lihat orang nari. Ingin bisa menari tapi apa daya engsel persendian karatan semua. 

Mboook, level stresnya di acara yang satu ini jyaaan tenan og. Dari awal diberi konsep mentah, yang to be honest, amburadul banget. Kalang kabut deh cari konsep acara baru yang sesuai sama kemampuan diri sendiri (juga team yang waktu itu belum kebentuk, jadi masih ngawang-ngawang kerjanya bakal kayak apa). Ditambah streering plus organizing committee yang tiap rapat adu mulut terus. Untung ada om naufal yang berhati dingin bisa mencegah jangan sampai terjadi gontok-gontokan. 
Udah dasarnya aku itu keras kepala. Lawan lelaki lima. Di proyek penuh ambisi. 
Sorry sorry sajalah kalau aku cuma dijadikan boneka yang harus manut disuruh buat ini itu.
Apesnya, sobat aku nan caem Nimas sudah balik Solo. Habis rapat pembantaian, buat ngilangin stress langsung pulang. Tidur. Maklum, jomblo.
Bentar, tarik napas dulu.

Singkat cerita, alhamdulillah aku belajar banyak. Jadi tambah temen juga (halo dedek-dedek angkatan, berkat kalian aku belum takut-takut amat di kampus sendirian. Umumumu dulu sini).
Belajar, biar pun keras kepala tapi kalau udah kerja bareng banyak orang itu harus ditahan. Biar gak kliyengan sendirian. 

Kalau mau lihat sedikit foto-foto dokumentasi,ada di sini dan di sini. Ada juga video singkat epilog Etnika Fest 2013. Monggo dipirsani :)



JOGJA INTERNATIONAL HERITAGE WALK 
Yang ini, proyek bejoku. Proyek super mega pariwisata jogja. Ngeri yo, cah? :))

In short, Indonesia resmi jadi anggota ke-28 International Marching League (Liga Jalan Kaki Internasional) yang sudah berdiri sejak 1987 *prok prok prok*.
Untuk Indonesia sendiri, event tahunan jalan kaki internasional ini dinamai Jogja International Heritage Walk. 2013 adalah kali kelima. Hanya di Jogja lho ya, daerah lain ndak boleh soalnya belum terdaftar IML ;) 

Uniknya event ini, jangkauan potensi pariwisatanya luas banget. Di tahun 2013 kemarin, panitia berhasil mengundang 300 peserta dari 17 negara. Tahun 2014? harus naik 50% dong *ketiban selusin karung*.
Kalau ada pasar asing segitu banyak, yang di untungin siapa aja? Hotel. Agen. Toko-toko. Spot destinasi ternama. Jelas. Sudah, itu biar sistem aja yang ngebagi untung.
Trus masyarakat umum piye? yang awam sama konsep perputaran uang di bisnis pariwisata tapi pekarangan, sawah dan jalan-jalan kampung mereka dilewati pejalan kaki asing setiap tahun? Nah, JIHW hadir deh tu buat ngisi kekosongan *ceilaah*. 

Mboh piye carane, masyarakat harus dilibatkan. Bisa dari hal sederhana, jualan minuman dingin sepanjang rute jalan kaki. Mereka kan dari iklim yang berbeda tuh, dateng ke Indonesia sama kayak neraka level 1 (mungkin) buat mereka. 
Naik tingkat ke yang lebih kompleks, pemberdayaan karang taruna dan PKK desa. Setiap tamu rombongan asing, panitia menyediakan Liaison Officers, kan seru tuh kalau dipandu oleh penduduk asli daerah situ. Problematiknya, di desa-desa sonoh masih banyak yang belum pandai berbahasa asing pun juga memahami cross cultural understanding.
Bisa jadi pe-er berat ini. 

Trus, aku jadi apa disitu? Masih setia jadi divisi acara kok. Kali ini tantangannya lebih edun. Kerja bareng birokrasi itu lebih banyak enegnya daripada enaknya. Duh, pemerintah kita itu kok ya kecu sekali. Padahal buat kepentingan bersama *sedih*
Selain birokrasi, tantangan terberat justru ada pada kerja team. Acara segede ini, gak cukup tim inti selusin. Sumpah. 
Tapi ya begitu, makin banyak kepala, makin sulit nyatuin keinginan. Mana team inti rata-rata mid-20, project leadersnya aja yang mid-40. Kayak sirkus udah.

Tapi, pengalaman kerja kayak gini itu susah dicari di tempat lain. Itu yang bikin adiktif.




Jogja Intenational Heritage Walk 15-16 November 2014, let's have a date! 

***


Dan di tahun 2013 kamu datang.
Aduh, gak habis-habis kalau cerita ini. 
Tanda belum ikhlas kayaknya sih.
Belum mau lebih tepatnya.
So far, you are the one who fit me the best. 
Replacing you would be god damn hard.
Sorry.
I think I love you.



  
is 





No comments:

Post a Comment